31.5.23

SIAPKAH KITA UNTUK MENINGGALKAN DUNIA INI?

 ketemu salah satu tulisan saya di 2010 mengenai ini, dan pindahin ke blog yg ini

hari ini (July 16, 2010) 
saya hadir pada acara sembahyangan 3 hari meninggalnya seorang anak dari sebuah keluarga yang saya kenal.

saya memang tidak terlalu akrab dengan anaknya, tetapi saya pernah menjadi penjaga tamu saat resepsi pernikahannya.
Keluarga ini yang saya tau adalah keluarga yang suka melayani. ayahnya sering membawakan renungan saat acara lingkungan dan mereka membawa kesejukan didalam lingkungan gereja itu sendiri.
anaknya menderita sakit sejak 2 bulan terakhir. saya tidak tahu penyakit jelasnya tetapi yang saya tahu dia sakit komplikasi paru paru, jantung dan lainnya.

saat hari meninggalnya dan misa requiemnya saya tidak dapat hadir karena ada rapat salah satu organisasi kampus, namun malam ini entah mengapa hati sya tergerak untuk menghadiri ibadat hari ini walau harus menghadirinya sendiri, tentu saja bukan utusan dari mama tapi utusan dari Tuhan saya rasa karena mama bekerja dan sama sekali tidak tahu hari ini ada ibadat.

Sebelum ibadat rosario dimulai sang pemimpin ibadat membawakan doa umat. Tiba tiba saya terdiam dan menangis saat sang ibu membawakan doa umat untuk anaknya. Begitu tegar dan dengan rasa puas karna keberhasilannya merawat anaknya, rasa syukurnya yang mendalam disertai doa agar anaknya tenang disana.

Tiba tiba terlintas begitu saat dipikiran saya bagaimana kalau saya meninggal setelah ini?
siapkah saya?
apakah saya sudah cukup melayaniNya?
apakah saya sudah cukup melayani sesama saya?
apakah saya sudah bisa memberikan yang terbaik untuk kedua orang tua saya?
tentu pikiran saya menjawab tidak. saya sama sekali belum siap.
apakah saya takut pada kematian? saya rasa saat ini saya akan menjawab iya.
saya merasa belum melakukan apa apa didunia.
setiap harinya mereka bangun pagi dan saya bermalas malasan dikamar.
tidur dengan nyenyak. saat mereka sudah mulai beres beres dan siap pergi berjualan saya hanya minta uang dan mendengarkan nasehat kecil mereka untuk masak ini masak itu mengerjakan ini mengerjakan itu.
dan ketika saya berfikir ulang saya lebih banyak mengerjakannya dengan setengah hati daripada dengan sukacita.

terkadang saya merasa kesal karna mereka tidak pernah melihat apa yang saya kerjakan. selalu dikritik kurang ini dan itu,


dan ketika saya menulis ini dan berfikir ulang ternyata semua ini untuk kebaikan saya kelak.
saya yang akan mengurus rumah dan keluarga, saya yang akan menjadi hati dalam keluarga. namun saya kerap kali mengeluh.
saya belum membalas jasa orang tua saya yang sedari dulu hidup susah dan berharap saya nantinya tidak seperti mereka.
mereka yang terus bermimpi dan bercita cita agar suatu saat saya menjadi orang yang berguna.
sudahkah saya menjadi yang mereka harapkan?

hanya satu cita cita saya..
bukan menjadi seorang ilmuan, seoorang dokter, pelukis terkenal, atau menjadi pemilik perusahaan IT yang besar.
cita cita saya hanya "dapat membahagiakan orang tua saya, mengabulkan cita cita mereka, dan membalas semua keringat dan airmata mereka dengan air mata bangga, hasil dari usaha keras selama hidup mereka"
dan sudahkah saya memberikan itu semua? belum.

maka manfaatkan waktu kalian selagi kalian bisa melakukannya.
setiap hembusan nafas kita adalah detik bom yang berjalan mundur yang suatu saat akan mencapai detik terakhir. manfaatkan setiap tarikannya untuk belajar dan melayani, untuk berangan angan dan mewujudkannya.

tapi kembali lagi rencana Tuhan ada pada diri saya dan kita sebagai manusia hanya bisa pasrah saja.
karna bila Tuhan sudah berkehendak maka kehendak kita tidak lebih dari seujung kuku dihadapannya.
tapi saya selalu percaya Tuhan kita Tuhan yang baik, Tuhan yang selalu memberikan rencana indah dalam hidup kita.
c:

Ps: bulan ini mei 2023 ibu tegar yang saya ceritakan diatas dipanggil Bapa ke Surga untuk berjumpa dengan putra kesayangannya. Selamat jalan Bu kidi